Translate

Kamis, 05 September 2013

KOMUNIKASI INTERPERSONAL

KOMUNIKASI INTERPERSONAL

A.  Definisi Komunikasi Antarpribadi
Komunikasi antarpribadi adalah suatu proses pertukaran makna antara orang-orang yang saling berkomunikasi. Pengertian proses mengacu pada perubahan dan tindakan (action) yang berlangsung terus-menerus. Komunikasi antarpribadi merupakan suatu pertukaran, yaitu tindakan menyampaikan dan menerima pesan secara timbal balik. Sedangkan makna, yaitu sesuatu yang dipertukarkan dalam proses tersebut, adalah kesamaan pemahaman di antara orang-orang yang berkomunikasi terhadap pesan-pesan yang digunakan dalam proses komunikasi.
Komunikasi antarpribadi adalah komunikasi yang berlangsung dalam situasi tatap muka antara dua orang atau lebih, baik secara terorganisasi maupun pada kerumunan orang (Wiryanto, 2004).
Komunikasi interpersonal (interpersonal communication) merujuk pada komunikasi yang terjadi secara berlangsung antara dua orang. Beberapa teori yang akan anda baca dalam buku ini berawal dari konteks interpersonal. Konteks ini sangat kaya akan hasil penelitian dan teori, dan mungkin merupakan konteks yang paling luas di bandingkan konteks lain nya. Konteks interpersonal banyak membahas tentang bagaimana suatu hubungan dimulai, bagaimana mempertahankan suatu hubungan, dan keretakan suatu hubungan (Berge, 1979;dainton dan stafford,2000).
Komunikasi interpersonal adalah komunikasi yang dilakukan kepada pihak lain untuk mendapatkan umpan balik, baik secara langsung (face to face) maupun dengan media.  (Burgon & Huffner, 2002)
Definisi lain tentang komunikasi interpersonal, yaitu suatu proses komunikasi yang bersetting pada objek-objek sosial untuk mengetahui pemaknaan suatu stimulus (dalam hal ini: informasi/pesan) (McDavid & Harari).
komunikasi antarpribadi menurut Devito (1976) dalam Liliweri (1991:12) merupakan pengiriman pesan-pesan dari seseorang dan diterima oleh orang lain, atau sekelompok orang dengan efek atau umpan balik yang langsung
Komunikasi antarpribadi adalah komunikasi yang dilakukan seseorang dengan orang lain dalam suatu masyarakat maupun organisasi (bisnis dan non bisnis) dengan menggunakan media komunikasi tertentu dan bahasa yang mudah dipahami (informal) untuk mencapai suatu tujuan tertentu.
Berdasarkan pengertian tersebut, paling tidak ada 5 hal tertentu yang perlu diperhatikan dalam mencermati definisi Komunikasi antarpribadi yakni :
1.  Komunikasi dilakukan oleh dua orang atau lebih. Misalnya dialog antara dua orang.
2.  Menggunakan media tertentu, misalnya telepon, telepon seluler, atau bertatap muka.
3.  Bahasa yang digunakan biasanya bersifat informal (tidak baku) , kadang-kadang menggunakan bahasa daerah, bahasa pergaulan atau bahasa campuran.
4.  Tujuan yang ingin dicapai dapat bersifat personal atau pribadi bila komunikasi terjadi dalam suatu masyarakat, dan untuk pelaksanaan tugas pekerjaan bila komunikasi terjadi dalam suatu organisasi. Di dalam suatu masyarakat, komunikasi antarpribadi merupakan bentuk komunikasi antara seseorang dengan orang lain dalam suatu masyarakat untuk mencapai tujuan tertentu yang bersifat pribadi.
5.  Terjadi proses pertukaran makna antar orang yang saling berkomunikasi. yaitu tindakan menyampaikan dan menerima pesan secara timbal balik dan akhirnya terjadi kesamaan pemahaman antara orang yang berkomunikasi.

B.  Karakteristik Komunikasi Antarpribadi
Judy C. Pearson (1983) menyebutkan enam karakteristik komunikasi antarpribadi yaitu :
1.  Komunikasi antarpribadi dimulai dengan diri pribadi (self).
Berbagai persepsi komunikasi yang menyangkut pengamatan dan pemahaman berangkat dari dalam diri kita, artinya dibatasi oleh siapa diri kita dan bagaimana pengalaman kita. Contoh : ketika kita berbicara dengan orang lain, maka kita akan mengungkapkan apa yang kita persepsikan
2.  Komunikasi antarpribadi bersifat transaksional.
Anggapan ini mengacu pada tindakan pihak-pihak yang berkomunikasi secara serempak menyampaikan dan menerima pesan. Contoh : ketika dua orang sedang berkomunikasi, tentu adanya saling bertukar pikiran, perasaan dll.
3.  Komunikasi antarpribadi mencakup aspek-aspek isi pesan dan hubungan antarpribadi.
Maksudnya komunikasi antarpribadi tidak hanya berkenaan dengan isi pesan yang dipertukarkan, tetapi juga melibatkan siapa partner komunikasi kita dan bagaimana hubungan kita dengan partner tersebut. Contoh : hubungan persahabatan, keluarga, rekan kerja, teman bermain dll.
4.  Komunikasi antarpribadi mensyaratkan adanya kedekatan fisik antara pihak-pihak yang berkomunikasi. Contoh : A dan B ketika berdialog selalu berdekatan supaya bisa di dengar.
5.  Komunikasi antarpribadi melibatkan pihak-pihak yang saling tergantung satu dengan lainnya (interdependen) dalam proses komunikasi. Contoh : dialog antara A dan B satu sama lain saling bergantungan
6.  Komunikasi antarpribadi tidak dapat diubah maupun diulang.
Jika kita salah menguapkan sesuatu kepada partner komunikasi kita, mungkin kita dapat minta maaf dan diberi maaf, tetapi itu tidak berarti menghapus apa yang pernah kita ucapkan. Demikian pula kita tidak dapat mengulang suatu pernyataan dengan harapan untuk mendapatkan hasil yang sama, karena dalam proses komunikasi antar manusia, hal ini akan sangat tergantung dari respons partner komunikasi kita.
Menurut Barnlund (dikutip dalam Alo Liliweri: 1991), ciri-ciri mengenali komunikasi antarpribadi sebagai berikut:
1.  Bersifat spontan.
2.  Tidak berstruktur.
3.  Kebetulan.
4.  Tidak mengejar tujuan yang direncanakan.
5.  Identitas keanggotaan tidak jelas.
6.  Terjadi sambil lalu.
Edna Rogers (2002: 1), mengemukakan pendekatan hubungan dalam menganalisis proses komunikasi antarpribadi mengasumsikan bahwa komunikasi antarpribadi membentuk struktur sosial yang diciptakan melalui proses komunikasi.
Ciri-ciri komunikasi antarpribadi menurut Rogers adalah:
1.  Arus pesan dua arah.
2.  Konteks komunikasi dua arah.
3.  Tingkat umpan balik tinggi.
4.  Kemampuan mengatasi selektivitas tinggi.
5.  Kecepatan jangkauan terhadap khalayak relatif lambat.
6.  Efek yang terjadi perubahan sikap.
Selanjutnya salah satu karakteristik penting dari hubungan antarpribadi adalah bahwa hubungan tersebut banyak yang tidak diciptakan atau diakhiri berdasarkan kemauan atau kesadaran kita. Kita terlahir kedalam berbagai hubungan, sebagian berkaitan dengan pekerjaan dan lainnya merupakan hasil dari perkawinan, dan kita tidak selalu bebas untuk dapat membentuk hubungan. Hubungan semacam ini berbeda dari hubungan yang secara sadar kita pilih atau bentuk, karena kendala-kendala yang terdapat pada perilaku para partisipannya. Artinya, kita tidak bisa begitu saja memutuskan keluar dari hubungan antara kita dengan pimpinan, teman, orang tua, adik atau kakak tanpa harus mengorbankan sesuatu (pekerjaan, perasaan, dsb.). meskipun demikian banyak pula hubungan yang tidak kita rencanakan, dapat menghadirkan dukungan sosial.

C.  Efektivitas Komunikasi Antarpribadi
Komunikasi antarpribadi merupakan komunikasi paling efektif untuk mengubah sikap, pendapat atau perilaku seseorang. Setelah kita memahami pengertian komunikasi antarpribadi, dalam perjalanannya antara komunikasi antarpribadi kepada sebuah konsep diri sebaiknya kita memberikan sedikit pemarapan tentang ciri komunikasi antarpribadi yang efektif menurut Kumar (Wiryanto, 2005: 36) dan De vito (Sugiyo, 2005: 4) adalah sebagai berikut :
1.  Keterbukaan (Opennes)
Sikap keterbukaan paling tidak menunjuk pada dua aspek dalam komunikasi antarpribadi. Pertama, kita harus terbuka pada orang lain yang berinteraksi dengan kita, yang penting adalah adanya kemauan untuk membuka diri pada masalah-masalah yang umum, agar orang lain mampu mengetahui pendapat, gagasan, atau pikiran kita sehingga komunikasi akan mudah dilakukan.
Dari keterbukaan menunjuk pada kemauan kita untuk memberikan tanggapan terhadap orang lain secara jujur dan terus terang terhadap segala sesuatu yang dikatakannya.
Keterbukaan atau sikap terbuka sangat berpengaruh dalam menumbuhkan komunikasi antarpribadi yang efektif. Keterbukaan adalah pengungkapan reaksi atau tanggapan kita terhadap situasi yang sedang dihadapi serta memberikan informasi tentang masa lalu yang relevan untuk memberikan tanggapan kita di masa kini tersebut.
Johnson Supratiknya, (1995: 14) mengartikan keterbukaan diri yaitu membagikan kepada orang lain perasaan kita terhadap sesuatu yang telah dikatakan atau dilakukan, atau perasaan kita terhadap kejadiankejadian yang baru saja kita saksikan.
Secara psikologis, apabila individu mau membuka diri kepada orang lain, maka orang lain yang diajak bicara akan merasa aman dalam melakukan komunikasi antarpribadi yang akhirnya orang lain tersebut akan turut membuka diri.
Brooks dan Emmert (Rahmat, 2005: 136) mengemukakan bahwa karakteristik orang yang terbuka adalah sebagai berikut:
a.  Menilai pesan secara objektif, dengan menggunakan data dan keajegan logika.
b.  Membedakan dengan mudah, melihat nuansa, dsb.
c.  Mencari informasi dari berbagai sumber
d.  Mencari pengertian pesan yang tidak sesuai dengan rangkaian kepercayaannya.
Misalnya dalam komunikasi antarpribadi satu sama lain mengungkapkan semua isi hatinya dan tujuannya seperti curhat kepada teman dekat, curhat kepada ibu. Contoh lain adalah menghargai dan menerima kritikan sebagai bagian dari proses pendewasaan terhadap diri sendiri.
2.  Positif (Positiveness)
Memiliki perilaku positif yakni berpikir positif terhadap diri sendiri dan orang lain.
Rasa positif merupakan kecenderungan seseorang untuk mampu bertindak berdasarkan penilaian yang baik tanpa merasa bersalah yang berlebihan, menerima diri sebagai orang yang penting dan bernilai bagi orang lain, memiliki keyakinan atas kemampuannya untuk mengatasi persoalan, peka terhadap kebutuhan orang lain, pada kebiasaan sosial yang telah diterima. Dapat memberi dan menerima pujian tanpa pura-pura memberi dan menerima penghargaan tanpa merasa bersalah.
Sugiyo (2005: 6) mengartikan bahwa rasa positif adalah adanya kecenderungan bertindak pada diri komunikator untuk memberikan penilaian yang positif pada diri komunikan. Dalam komunikasi antarpribadi hedaknya antara komunikator dengan komunikan saling menunjukkan sikap positif, karena dalam hubungan komunikasi tersebut akan muncul suasana menyenangkan, sehingga pemutusan hubungan komunikasi tidak dapat terjadi. Rahmat (2005: 105) menyatakan bahwa sukses komunikasi antarpribadi banyak tergantung pada kualitas pandangan dan perasaan diri; positif atau negatif. Pandangan dan perasaan tentang diri yang positif, akan lahir pola perilaku komunikasi antarpribadi yang positif pula. Contoh : dalam berkomunikasi antar individu selalu berlaku jujur dan selalu berperasangka baik terhadap orang yang di ajak komunikasi. 
Contoh lain misalnya sam adalah anak yang rajin, ia optimis dengan belajar yang tekun dan rajin, maka dia akan berhasil dan sukses.
3.  Kesamaan (Equality)
Keefektifan komunikasi antarpribadi juga ditentukan oleh kesamaan-kesamaan yang dimiliki pelakunya. Seperti nilai, sikap, watak, perilaku, kebiasaan, pengalaman, dan sebagainya. Contoh : seorang siswa SMP akan lebih bisa terbuka kepada teman sebayanya di bandingkan kepada kakak atau adik kelasnya.
Contoh lain seperti murid laki-laki dan murid perempuan sama derajat dan kedudukannya di sekolah adalah sebagai siswa, maka tidak ada perbedaan yang mengakibatkan salah satunya merasa terdiskriminasi.
Kesetaraan merupakan perasaan sama dengan orang lain, sebagai manusia tidak tinggi atau rendah, walaupun terdapat perbedaan dalam kemampuan tertentu, latar belakang keluarga atau sikap orang lain terhadapnya. Rahmat (2005: 135) mengemukakan bahwa persamaan atau kesetaraan adalah sikap memperlakukan orang lain secara horizontal dan demokratis, tidak menunjukkan diri sendiri lebih tinggi atau lebih baik dari orang lain karena status, kekuasaan, kemampuan intelektual kekayaan atau kecantikan. Dalam persamaan tidak mempertegas perbedaan, artinya tidak mengggurui, tetapi berbincang pada tingkat yang sama, yaitu mengkomunikasikan penghargaan dan rasa hormat pada perbedaan pendapat merasa nyaman, yang akhirnya proses komunikasi akan berjalan dengan baik dan lancar.


4.  Empati (Empathy)
Empati adalah kemampuan seseorang untuk menempatkan dirinya pada posisi atau peranan orang lain. dalam arti bahwa seseorang secara emosional maupun intelektual mampu memahami apa yang dirasakan dan dialami orang lain. Contoh : Dua jurnalis yang dikirim pada suatu kasus sosial. Dua jurnalis ini sama-sama memiliki ilmu yang hebat dalam jurnalistik. Pembedanya adalah, salah satu jurnalistik ini hanya terpaku pada pedoman jurnalistik tanpa mempedulikan keadaan lingkungan sekitar, karena itu informasi yang ia peroleh hanyalah berasal dari orang-orang yang benar-benar mau bekerja sama dengannya. Berbeda dengan jurnalis lainnya. Ia berusaha mendekatkan diri pada korban, keluarga korban, dan kerabat dekatnya, ia juga merasakan hal yang sama dirasakan oleh korban, karena itu bagi keluarga korban dan kerabat-kerabatnya, jurnalis tersebut merupakan teman yang baik, dan bisa untuk berbagi kesedihan. Inilah perbedaan mendasar dari dua orang jurnalis dengan sudut pandang hati nurani.
Komunikasi antarpribadi dapat berlangsung kondusif apabila komunikator (pengirim pesan) menunjukkan rasa empati pada komunikan (penerima pesan). Menurut Sugiyo (2005: 5) empati dapat diartikan sebagai menghayati perasaan orang lain atau turut merasakan apa yang dirasakan orang lain. Sementara Surya (Sugiyo, 2005: 5) mendefinisikan bahwa empati adalah sebagai suatu kesediaan untuk memahami orang lain secara paripurna baik yang nampak maupun yang terkandung, khususnya dalam aspek perasaan, pikiran dan keinginan. Individu dapat menempatkan diri dalam suasana perasaan, pikiran dan keinginan orang lain sedekat mungkin apabila individu tersebut dapat berempati. Apabila empati tersebut tumbuh dalam proses komunikasi antarpribadi, maka suasana hubungan komunikasi akan dapat berkembang dan tumbuh sikap saling pengertian dan penerimaan.
Menurut Winkel (1991: 175) bahwa empathy yaitu, konselor mampu mendalami pikiran dan menghayati perasaan siswa, seolah-olah konselor pada saat ini menjadi siswa, tanpa terbawa-bawa sendiri oleh semua itu dan kehilangan kesadaran akan pikiran serta perasaan pada diri sendiri.
5.  Dukungan (Supportiveness)
Komunikasi antarpribadi akan efektif bila dalam diri seseorang ada perilaku supportif. Maksudnya satu dengan yang lainnya saling memberikan dukungan terhadap pesan yang disampaikan. Contoh : ketika dua orang sahabat mengikuti tes masuk perkuliahan, maka satu sama lain akan memberikan dukungan supaya keduanya diterima di universitas yang diinginkannya.
Dalam komunikasi antarpribadi diperlukan sikap memberi dukungan dari pihak komunikator agar komunikan mau berpartisipasi dalam komunikasi. Hal ini senada dikemukakan Sugiyo (2005: 6) dalam komunikasi antarpribadi perlu adanya suasana yang mendukung atau memotivasi, lebih-lebih dari komunikator. Rahmat (2005 :133) mengemukakan bahwa “sikap supportif adalah sikap yang mengurangi sikap defensif”. Orang yang defensif cenderung lebih banyak melindungi diri dari ancaman yang ditanggapinya dalam situasi komunikan dari pada memahami pesan orang lain.
Komunikasi interpersonal dinyatakan efektif bila pertemuan komunikasi merupakan hal yang menyenangkan bagi komunikan. Kita dapat menyatakan komunikasi akan lebih efektif bila para komunikan saling menyukai. Dalam pendidikan, atraksi interpersonal telah diteliti pengaruhnya terhadap prestasi akademis. Lott dan lott (1966) menemukan bahwa murid-murid belajar bahasa spanyol lebih cepat bila bekerja sama dengan orang-orang yang mereka senangi. Nelson dan Neadow (1971) membuktikan dengan eksperimen bahwa pasangan mahasiswa yang mempunyai sikap yang sama membuat prestasi yang baik dalam mengerjakan tugas-tugas mekanis dibandingkan dengan pasangan yang mempunyai sikap yang berlaian.
Maka dalam hal ini komunikasi antar personal akan berjalan secara efektif bila komunikan dan komunikator saling menyukai atau dengan kata lain tertanam hubungan emosional yang kuat dan baik.   

D.  Tujuan Komunikasi Antarpribadi
Tujuan komunikasi antarpribadi antara lain sebagai berikut :
1.  Menyampaikan informasi
Ketika berkomunikasi dengan orang lain , tentu saja seseorang memiliki berbagai macam tujuan dan harapan. Salah satu diantaranya adalah untuk menyampaikan informasi kepada orang lain agar orang lain tersebut dapat mengetahui informasi tersebut. Contoh : seorang mahasiwa yang sudah kuliah akan memberikan informasi perkuliahan dan beasiswa kepada adik kelasnya.
2.  Berbagi pengalaman
Dengan komunikasi antarpribadi juga memiliki fungsi atau tujuan untuk berbagi pengalaman baik itu pengalaman yang menyenangkan maupun yang tidak menyenangkan. Contoh : ketika si A telah belajar di luar negeri, dia akan menceritakan dan berbagi pengalaman yang di alaminya selama di luar negeri
3.  Menumbuhkan simpati
Misalnya ketika seorang bercerita tentang permasalahan yang sedang dihadapi kepada sahabatnya, maka akan tumbuh rasa simpati dari sahabatnya kepadanya sehingga akan timbul rasa ingin membantu untuk menyelesaikan permasalahannya.
4.  Melakukan kerja sama
Tujuan komunikasi antarprbadi yang lainnya adalah untuk melakukan kerjasama antara seseorang dengan orang lain untuk mencapai tujuan tertentu atau untuk melakukan sesuatu yang bermanfaat bagi kedua belah pihak. Contoh : dalam tugas mata kuliah biasanya ada tugas kelompok yang terdiri dari dua, tiga orang atau lebih. Maka dengan komunikasi maka akan timbul kerjasama supaya dapat menyelesaikan tugas kelompoknya dengan baik.
5.  Menceritakan kekecewaan atau kekesalan
Komunikasi antarpribadi juga dapat digunakan seseorang untuk menceritakan rasa kecewa atau kekesalan pada orang lain. Dengan pengungkapan rasa hati itu, sedikit banyak akan mengurangi beban pikiran. Kadang disebut dengan plong ketika telah bercerita apa yang selama ini dipendam. Contoh : seorang anak akan curhat kepada ibunya tentang apa yang dirasakannya, baik itu rasa kekecewaan atau kekesalan terhadap temannya di sekolah.
6.  Menumbuhkan motivasi
Melalui komunikasi antarpribadi, seseorang dapat memotivasi orang lain untuk melakukan sesuatu yang baik dan positif. Motivasi adalah dorongan kuar dari dalam diri seseorang untuk melakukan sesuatu. Pada dasarnya, seseorang cenderung untuk melakukan sesuatu karena dimotivasi orang lain dengan cara-cara seperti pemberian insentif yang bersifat financial maupun non financial, memberikan pengakuan atas kinerjanya ataupun memberikan penghargaan kepada karyawan yang berprestasi. Contoh : ketika seorang sahabat mendengarkan keluhan temannya, maka sahabat itu akan terus mensupport dan memberi motivasi kepada temannya untuk tetap teguh, sabar dan kuat dalam menghadapi permasalahannya.












PENUTUP

A.  Kesimpulan
Komunikasi antarpribadi adalah komunikasi yang dilakukan oleh dua orang atau lebih dengan menggunakan media telepon atau tatap muka (face to face) dan terjadinya interaksi dialog diantara keduanya dengan bahasa yang biasanya informal dan mempunyai maksud serta tujuan tertentu untuk saling bertukar pikiran dan perasaan dengan tujuan adanya hubungan timbal balik serta kesamaan pemahaman dari komunikasi tersebut.
Karakteristik komunikasi antarpribadi meliputi beberapa hal yaitu : dimulai dengan diri pribadi (self), bersifat transaksional, mencakup aspek-aspek isi pesan dan hubungan antarpribadi, adanya kedekatan fisik antara pihak-pihak yang berkomunikasi, melibatkan pihak-pihak yang saling tergantung satu dengan lainnya (interdependen) dalam proses komunikasi, dan tidak dapat diubah maupun diulang.
Efektifitas komunikasi antarpribadi akan terjadi bila ada keterbukaan (opennes), positif (positiveness), kesamaan (equality), empati (empathy), dan dukungan (supportiveness).
Dan tujuan komunikasi antarpribadi adalah menyampaikan informasi, berbagi pengalaman, menumbuhkan simpati, melakukan kerja sama, menceritakan kekecawaan atau kekesalan, menumbuhkan motivasi.




DAFTAR PUSTAKA

Liliweri, Alo.1991. Komunikasi Antarpribadi. Bandung : Citra Aditya Bakti.
Purwanto, Djoko. Komunikasi Bisnis. Penerbit Erlangga.
Sendjadja, S. Djuarsa.2004. Teori Komunikasi. Jakarta : Universitas Terbuka.
M. Ghojali Bagus A.P. 2010. Buku Ajar Psikologi Komunikasi – Fakultas Psikologi Unair.
West, Richard dan Lynn H. Turner.2008. Pengantar Teori Komunikasi. Jakarta : Salemba Humanika.
Wiryanto. 2004. Pengantar Ilmu Komunikasi. Jakarta: PT. Grasindo.
Sugiyo. 2005. Komunikasi Antarpribadi. Semarang: UNNES Press.
Rakhmat, Jalaluddin. 2008. Psikologi Komunikasi. Bandung : PT Remaja Rosdakarya.



1 komentar: